Ada sebuah fonema tetap yang perlu dicermati oleh ummat islam di Indonesia.
Apa itu?
Setiap kali ada kasus-kasus aib besar yang menyangkut mereka yang punya kekuasaan / berkuasa PASTI ada “acara lain” untuk mengalihkan perhatian media/orang lain dari kasus terssebut.
Belum lama ini headline dan halaman muka media kita (cetak/elektronik/online) banyak dipenuhi dengan kasus korupsi tentang alat simulator SIM. Tetapi disaat belum tuntasnya kasus ini akhirnya bagaimana, eh tiba-tiba saat ini media sudah “melupakan” kasus tersebut.
Melupakan?
Ya melupakan – bahkan “menghapus” dari pemberitaan mereka.
Ya, memang yang saya baru lihat 2 hari terakhir kalo dari koran yang ada di kantor.
Sekarang halaman muka / headilenya DIPENUHI oleh kasus pertikaian Sunni – Syiah di sampang dan tak ada lagi kasus korupsi tentang alat simulator SIM lagi.
Saya jadi ingat pas rame-ramenya pengusutan Bail Outnya Century oleh KPK, eh tiba-tiba ada “drama kolosal” penggerebekan teroris di temanggung yang disiarkan secara LIVE oleh sebuah saluran televisi swasta, dan setelah itu esoknya media cetak dan elektronik sudah berubah headlinenya...
ya begitulah di negeri ini, setiap ada masalah besar yang menyangkut kekuasaan atau orang-orang yang punya kekuasaan pasti ada isu dan berita penggantinya.
Entah sudah disiapkan atau tidak... tapi kok selalu begitu. Tetapi yang lebih menyedihkan lagi dari semua ironi itu adalah : ummat islam SELALU JADI KORBAN untuk pengalihan isu-isu besar.
Sekali lagi saya juga tidak tahu apakah ini sudah ada master plannya... atau bahasa mudahnya sudah disiapkan. Misalnya jika ada kasus A – maka sebagai anti tesisnya umat islam di daerah B dijadikan korban untuk pengalihan perhatian. Begitu seterusnya.
Dugaan saya semakin kuat ketika membaca hasil berbagai investigasi terhadap kasus-kasus yang terjadi. Misalnya saja ketika kasus bom bali, kenapa hasil investigasi MUI Pusat yang terdiri dari berbagai pakar menemukan kejanggalan tentang dahsyatnya daya ledak bom tersbut (silahkan baca refernsi di bawah).
Yang lebih memuakkan lagi komentar-komentar tokoh agama juga semakin memperkeruh suasana, seperti yang ditulis oleh seorang blogger tentang keprihatiannya atas guyonan dua tokoh MUI pusat yang luar biasa menjijikan. Yang mengatakan (secara guyon) bahwa di madura orang-orang muhammadiyah itu BUKAN ISLAM (non muslim) baca http://bit.ly/QPYJmG
Begitu juga dengan Jalaludin Rahmat yang tokoh syiah, komentarnya juga komentar tolol dan provokatif... silahkan baca disini http://bit.ly/ObjCtS
Belum lagi para politisi dan komentator di tipi yang juga semakin memperkeruh suasana..
dan masih banyak lagi, dan sekali lagi isu-isu yang menyangkut kebobrokan pemegang kekuasaan menjadi hilang tak berbekas
Ya, begitulah umat islam di negeri ini, meski mayoritas tetapi pemerintahnya yang juga orang-orang islam tak juga berempati terhadap banyaknya penderitaan rakyat negeri ini yang mayoritas muslim, begitu juga politisinya yang juga tak kunjung berhenti mempolitisasi ummat untuk kepentiangnnya...
semoga, kita selalu mejadi umat yang cerdas dan tidak mudah dijebak dengan pengalihan isu dan menjadi sasaran adu domba untuk kepentingan syahwat penguasa.
Wallahu'alam
Bacaan Lanjutan :