Minggu ini kami agak sibuk, tepatnya sedikit repot, karena hendak mendaftarkan anak sulung kami si Nadia, ke SMP. Repotnya adalah karena kami mendaftarkan Nadia melalui jalur “Prestasi Bakat dan Minat” (PBM) – semacam PMDK kalo di perguruan tinggi – untuk melalui jalur ini selain persyaratan standar, seperti pas foto, legalisir rapot dari kelas 4, 5, 6 juga menyertakan berbagai piagam penghargaan bagi siswa yang mempunyai prestasi non akademik.
Sebenarnya jika hendak mencukupkan diri dengan prestasi akademik, alhamdulillah Rapot Nadia sudah memenuhi syarat, karena sejak kelas 1 hingga kelas 6 semester 1, selalu menduduki ranking 3 besar, akan tetapi karena ingin peluang untuk diterima di jalur PBM lebih besar makanya kami ingin menyertakan beberapa piagam penghargaan yang selama ini diraih Nadia, khususnya di bidang menggambar dan lomba keagamaan seperti baca Quran dan kaligrafi. Yang membuat repot adalah karena selama ini kami “tidak begitu perhatian dengan berbagai macam piagam itu” – waktu itu kami mengganggap “buat apa piagam?, toh sudah ada beberapa piala di rumah dan sebagian lagi disimpan di sekolahnya!” - selain itu kami juga berprinsip yang penting kan kemampuan bukan lembaran-lembaran piagam itu [jadi ingat tulisan Pak Syiafoel Hardy – bosnya Indonesian Nursing Trainer - yang bercerita betapa di Indonesia ini ribet sekali dengan berbagai kertas, mulai ijazah, piagam, surat kelakuan baik dll. Padahal seperti kata beliau di Luar Negeri sana, sepanjang beliau melamar sebuah posisi terterntu di berbagai perusahaan asing, sama sekali tidak pernah diribetkan dengan urusan legalisir dan sebagainya] – tetapi ternyata kami lupa bahwa kami masih hidup di Indonesia bukan di luar negeri sana, hehehe – akibat dari “keteledoran itu” hanya terkumpul 3 biji piagam penghargaan yang diperoleh Nadia selama ini. Ya sudalah – mudah-mudahan ketika tes nanti Nadia bisa melaluinya dengan baik (mohon doanya, ya para pembaca).
Mengalami kerepotan mengumpulkan “bukti prestasi Nadia” tersebut mengingatkan saya kepada beberapa teman yang kebingungan dan tidak tahu ketika diminta untuk membuat portofolio tentang dirinya, padahal menurut saya teman tersebut cukup banyak mempunyai prestasi yang bisa dicantumkan dalam membuat portofolio - yang kita bicarakan bukan portofolio untuk sertifikasi guru loh.
Betewe, sebelum membahas lebih jauh tentang pentingnya portofolio, apakah ada yang belum tahu portofolio itu makanan apa sih? Menurut Wikipedia Indonesia, ada beberapa pengertian portofolio sesuai dengan bidang pekerjaan. Yang paling sesuai dengan bahasan kita kali ini saya cuplikkan yang terkait dengan dunia pendidikan dan seni.
Portofolio dalam dunia pendidikan adalah merupakan sekumpulan informasi pribadi yang merupakan catatan dan dokumentasi atas pencapaian prestasi seseorang dalam pendidikannya. Ada beraneka portofolio mulai dari rapor / ijasah hingga dokumen-dokumen lainnya seperti sertifikat, piagam penghargaan, dan lain-lain sebagai bukti pencapaian hasil atas suatu pendidikan atau kursus. Portofolio ini sangat berguna untuk akreditasi pengalaman seseorang, pencarian kerja, melanjutkan pendidikan, pengajuan sertifikat kompetensi, dan lain-lain. Portofolio untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMA dipandang sebagai kumpulan seluruh hasil dan prestasi belajar siswa. Dokumen setelah terkumpul lalu diseleksi yang akhirnya membuat refleksi pribadi. Penilaian ini dianggap sebagian peneliti pendidikan adalah penilaian alternatif di dunia modern dan jauh lebih reliable dan valid daripada penilaian baku.
Bagi seorang artis, arsitek, atau seorang model yang mencari kerja, mereka senantiasa menyertakan "portofolio" dari hasil kerja terdahulunya bersama dengan rekomendasi kliennya. Hasil kerja tersebut adalah berupa karya foto, kliping majalah / koran, rancang bangun atau bukti-bukti lainnya .
Saya kira penjelasan dari wikipedia di atas sudah cukup gamblang, nah permasalahannya sekarang apa kaitannya dengan personal branding?
Dalam situs
www.aspyresolutions.com disebutkan bahwa
“It’s all about how we market ourselves to others, and how we communicate the message that illustrates our professional value, the key to standing out in a saturated, competitive job market” - itu semua terkait dengan bagaimana kita memasarkan diri kita kepada orang lain, dan bagaimana kita menyampaikan pesan yang menggambarkan nilai profesionalisme kita, yang menjadi kunci (poin penting) agar kita nampak lebih unggul di pasar kerja yang kompetitif dan jenuh.
Selanjutnya bagaimana sih menyusun portofolio yang baik? Berikut ini saya rangkumkan dari beberapa sumber:
- Akuntabilitas, artinya ketika membaca portofolio anda, orang lain tahu bahwa mereka bisa mengandalkan anda untuk suatu proyek atau tugas tertentu yang sesuai dengan bidang (yang ) anda (bidik)
- Fokus pada kelebihan dan kemampuan Anda, anda boleh mempunyai berbagai macam talenta, tetapi silahkan fokuskan pada hal-hal yang memang paling unggul dan paling membawa banyak prestasi bagi diri anda.
- Hasil, tentu saja anda boleh mencantumkan keterlibatan anda dalam berbagai proyek (pekerjaan) yang pernah anda tangani, tetapi yang paling penting adalah apa hasil yang dicapai dengan keberadaan anda di sana – misalnya jika anda pernah jadi ilustrator sebuah buku, cantumkan gambarnya, atau jika ada tautan di internet yang bisa dilihat maka sertakan.
- Susunlah dengan baik, ya pasti, betapapun banyaknya prestasi yang anda raih jika menyusunnya acak adul ya orang jadi malas membacanya
- Rangkum dalam sebuah paragrap, jika memungkinkan deskripsikan prestasi-prestasi dan pencapaian anda tersebut dalam sebuah paragraf, singkat dan jelas.
- Mintalah masukan dari teman dan keluarga, cara termudah untuk memastikan apakah portofolio anda benar-benar menjual mintalah orang-orang terdekat anda untuk membaca dan memberikan umpan balik atas portofolio anda
- Selalu perbaruhi (update), karena anda makhluk hidup dan anda selalu terlibat dengan banyak kegiatan tentu anda senantia mengalami perkembangan, pertumbuhan dan pencapaian-pencapaian baru, oleh karenanya silahkan update portofolio anda.
- Online-kan, sekarang ini sudah jamannya orang meminta pendapat mbah google untuk mencari refensi tentang suatu hal untuk itu adalah sebuah keharusan jika anda serius membangun citra diri dan merek bagi diri anda – untuk mempunyai sebuah kartu nama online. Bisa saja anda menggunakan sosial media, seperti LinkedIn, Facebook dan yang paling saya sarankan adalah mempunyai blog, kalo belum mampu yang gratisan dulu, tapi kalo anda serius cukup merelakan uang 100 ribu pertahun anda sudah bisa mempunyai sebuah blog dengan ekstensi com, net, org atau info – yang tentu saja lebih “keren” dan profesional.
Sekedar tambahan saja betapa kautnya dan keuntungan melakukan pencitraan (branding) melalui media online, saya ingin sedikit berbagi pengalaman saya mendapatkan: pelatihan internet marketing gratis seharga ratusan ribu (bahkan dibeberapa tempat sampai jutaan) dari suhunya langsung, mendapatkan tawaran menjadi ghost writer dari seorang pengusaha dan motivator terkenal, mempunyai jaringan pertemanan dengan wartawan senior grup Jawa Pos di kota malang dan beberapa dosen di perguruan tinggi negeri di Malang dan masih banyak lagi.
Terakhir pasti ada yang bertanya – contohnya seperti apa sih membuat portofolio itu?
Oke deh, sebagai studi kasus saya berikan portofolio saya, silahkan diberi komentar dan masukan, oke?
********
PORTOFOLIO
Nama : Heri Mulyo Cahyo,
Pendidikan : FKIP Bahasa Inggris, Univ Jember 1996
Blog : www.tukangkompormenulis.blogspot.com , www.hmc.web.id
Ketrampilan : Menulis, presentasi, blogging, internet marketing, desain pelatihan, ghost writer, konsultan penulisan
******
Portofolio Lengkap bisa dibuka di tautan >> ini
****
Mohon maaf jiika kurang lengkap, sekedar tulisan Kejar tayang, jawaban dari yang meminta membahas tentang portofolio