by @awyyyyy
1. Beberapa waktu lalu aku kultwit soal Hukum Selamat Natal dan alasan pandangan yg membolehkan http://t.co/AVqAZGcICC
2. Tetapi jika aku perhatikan dari perkembangan pertanyaan2 & mention2an ke aku nampaknya ada beda antara sekedar hukum & sikap akan hukum
3. Oke, aku flashback ulang secara ringkas kembali; yg pasti pendapat kaum muslimin soal hukum mengucapkan selamat natal terbagi jadi dua
4. Kelompok pertama (dan sepertinya lebih banyak) menyatakan ketidakbolehan mengucapkan dg alasan ada indikasi turut bergembira/menyetujui
5. Kelompok kedua membolehkan terlebih jika kebetulan muslim hidup di tengah komunitas mayoritas kristen atau mempunyai relasi kristen
6. Perihal alasan dan ijtihad dalil kelompok kedua sudah aku jelaskan di kultwitku. Lantas sekarang apa sikap atas hukum itu?
7. Seperti yg sudah aku bilang, karena ini persoalan fiqh murni (bukan aqidah secara langsung), maka jika terjadi perbedaan pendapat...
8. ...artinya seorang muslim bisa memilih ikut pendapat mana yg menurutnya mantap baginya. Tanpa perlu menyalahkan yg memilih berbeda
9. Bagi yg mengikuti pendapat tidak boleh, tidak perlu menyalah2kan yg memilih boleh sebab tentu ada alasan mendasar kenapa memilih yg boleh
10. Dan alasan2 ini yg harus dipahami karena tidak setiap orang mempunyai kondisi kehidupan yg sama...
11. Maka tentu sangat tidak tepat bagi yg memilih tidak boleh sampai menghukumi kufur kepada yg memilih boleh dg dalih menyetujui kekufuran
12. Apalagi membandingkan antara cuma kata "selamat Natal" dg kalimat syahadat. Ingat, kata2 kufur ke sesama muslim itu berat konsekwensinya
13. Bagi yg memilih boleh,tidak perlu over sampai usul buat pasang spanduk selamat natal di masjid segala.Toleransi ya toleransi,tp yg wajar
14. Sebab pendapat yg membolehkan adl makhroj (jalan keluar) bagi muslim yg kebetulan hidup di komunitas kristen atau punya relasi kristen
15. Begitu juga mesti dipahami dg baik antara kata "boleh" dan "harus". Aku sempat heran saat ada yg tanya, emang harus mengucapkan selamat?
16. Please deh jangan merendahkan kualitas intelektualmu sendiri sampai memaknakan kata "boleh" ke "harus"...
17. Mengenai pendapat boleh yg sebagai makhroj (solusi), tentu juga akan jadi hal lain bagi semisal kita yg tak punya relasi kristen
18. Atau tinggal di komunitas yg semuanya Islam. Apa perlu mengucapkan selamat natal segala dg alasan toleransi?
19. Dalam hal ini, mengingat posisi muslim yg jenis ini, cukuplah diwakili oleh institusi semisal lembaga negara atau ucapan2 umum
20. Dan tak perlu mengucapkan selamat natal segala wong tidak punya teman kristen, tinggal di tengah2 orang Islam semua pula
21. Sebab muslim yg baik adl yg meninggalkan hal2 yg tak perlu baginya. Min husni islamil mar-i tarkuhu maa laa ya'nihi (Hadits)
22. Itupun bagi yg membolehkan ada yg masih memberi arahan lagi, jika bisa dg tidak mengucapkan kata "selamat natal", maka tidak perlu ucap
23. Semisal dg memberinya hadiah atau menjabat tangannya dg cukup ucapan kata "selamat" saja. Sebagai sikap jaga diri (tawarru')
24. Ini semua soal ucapan selamat. Adapun jika hadir misa, atau ikutan gembira atas perayaan natal, jelas tidak boleh. Kita punya Id sendiri
25. Kecuali bagi semisal pejabat2 resmi yg kebetulan urusan2 keagamaan & kerukunan, ada pembahasan lain dg alasan lebih detail di sana
26. Adapun jika diundang makan2 oleh mereka, bagaimana? Yg pasti makanan orang kristen halal bagi kita, atas dasar ayat dlm Qur'an
27. Pada akhirnya,kita sesama muslim tak perlu saling debat kusir soal ini,diketawain sampean wong yg perayaan mereka yg tengkar malah kita
28. Apalagi sampai mengkafirkan segala.. Gemar betul masuk2in saudara sendiri ke neraka
29. Semoga mencerahkan dan silakan timbang keadaan diri sendiri memilih pendapat yg mana tanpa perlu menyalahkan yg berbeda pendapat. Salam