Oleh: Nandang Burhanuddin
*****
Facebook harusnya haram, jika mengikuti fatwa yang mengharamkan demokrasi.
Facebook adalah bid'ah, jika mengikuti fatwa apapun yang gak ada di masa Nabi, adalah bid'ah.
Facebook adalah makruh, jika membuka FB lebih sering daripada membuka mushaf; atau lebih betah membaca status daripada ayat-ayat Ilahi.
Semua fatwa ada konsekwensinya. Namun yang lebih penting dari fatwa adalah tabiat-kebiasaan-dan watak kita.
Tengoklah fatwa haram merokok. Ahli medis sudah lama mengingatkan rokok=racun. Ruang merokok dibatasi dimana-mana. Di bus,bandara, toilet, bahkan tempat umum: No smoking area! Smoking porhibitted by law! Pabrik rokok pun sudah sangat jujur melabeli produknya dengan ungkapan; "Merokok Membunuhmu!" Namun karena watak-budaya-dan kebiasaan sudah menjadi hobi, pabrik rokok tetap meraup lapa yang tak pernah kering.
Janganlah sedikit-sedikit haram, bid'ah, kafir, musyrik... 1 menit kemudian tanpa sadar kita menjadi penikmat sejati. Lalu kemudian mencari dalih. Pepatah Arab mengatakan; "Jangan mengobral larangan atas sesuatu yang kamu sendiri menjadi pelakunya. Karena setelah melarang kemudian menjadi pelaku, dirimu teramat memalukan!"
Bagi saya, FB tidak haram. Mubah saja. Malah dnegan FB bisa mengenal orang dan bersilaturrahmi bukan hannya dengan satu komplek, malah dari liang semut sekalipun. Kebetulan niat aktif di FBnya baik-baik. Allah pun mempertemukan dengan yang baik-baik. Rata-rata saat kopdar, real dan memberi manfaat.
Sama dengan demokrasi. Tergantung niat-watak-kebiasaan-dan hobi. Kalau memang watak-tabiat-kebiasaan-hobinya menebar fitnah, maka di alam demokrasi waktu yang tepat. Mumpung hukum Allah untuk praktik tajassus, menebar fitnah, berbicara binatang tidak diberlakukan hukuman ta'zir. Walau di alam demokrasi sudah ada pasal pencemaran nama baik dan fitnah. Nah sebaliknya, kalau memang baik, maka demokrasi momentum memperjuangkan dan menebar kebaikan.
Prinsipnya, orang yang terpilih di masa Jahiliyah. Maka ia akan menjadi yang terpilih di saat Islam tegak. Mutiara akan sama kapanpun dan dimanapun. Namun pribadi yang busuk, akan tetap busuk baik di masa Jahiliyah maupun di masa Islam. Nah di alam demokrasi, pribadi yang busuk lebih nampak watak asli busuknya. Perhatikan kata-kata yang terucap. Dalil yang dituliskan. Namun tak lama kemudian, terengah-engah menjulurkan lidah, dengan kata-kata yang tak patut.
Bukankah malu jika kita mengharamkan demokrasi, FB, sambil menikmati produk-produknya. Ditambah lagi menikmatinya sambil menghisap rokok? Hanya biasanya tipe pribadi demikian, sudah putus urat malunya.