KOMPAS.com -- Memang, menyuguhkan balita beragam tontonan bisa membuatnya anteng seharian. Tetapi, apakah benar itu yang diinginkan balita dan membuatnya bahagia?
Sebuah studi mengatakan, balita lebih bahagia tanpa televisi. Selain itu, terlalu sering menonton televisi bisa menghambat perkembangan motoriknya.
Studi yang dilakukan oleh Oxford University ini mengungkap dampak negatif televisi bagi kebahagiaan anak. Aktivitas menonton televisi dianggap kurang membuat anak berinteraksi. Sebaliknya, anak yang melakukan aktivitas aktif akan lebih meningkatkan perkembangan motorik dan kemampuan bicaranya.
Melalui hasil analisis German Household Survey (2007) yang dilakukan pada 800 anak berusia 2-3 tahun, para ahli ekonomi juga mengungkap bahwa perkembangan luar biasa terjadi pada balita yang sering melakukan aktivitas aktif.
Aktivitas aktif seperti melukis atau melakukan kerajinan tangan diketahui dapat meningkatkan keterampilan motorik. Sementara membaca, bercerita, dan bernyanyi bisa meningkatkan kemampuan berbicara.
Terlebih, mereka juga akan tumbuh menjadi anak yang lebih bahagia jika melakukan semua aktivitas aktif itu bersama orangtuanya.
Sedangkan orangtua yang sekadar memberikan anaknya buku bergambar atau menonton televisi justru berperan dalam “meredupkan” kebahagiaan anak.
“Jika anak terlalu banyak menonton televisi, itu berarti ia memiliki waktu yang sedikit untuk melakukan hal aktif lain yang lebih menyenangkan dan membuatnya berkembang,” kata Dr Laurence Roope dari Health Economics Research Centre di Oxford University.
Kegiatan aktif menuntut balita belajar dan bergerak menikmati kegiatannya secara interaktif. Sedangkan menonton televisi hanya membuat mereka pasif dan merasa tidak harus “bergerak”. Hal itu juga berlaku pada buku bergambar.
“Untuk anak usia enam sampai 12 bulan, buku bergambar mungkin baik. Namun, untuk anak yang lebih tua, buku seperti itu kurang memberikan stimulasi ekstra sehingga bantuan orangtua untuk bercerita,” tambah Dr Roope.
Memang, saat ini sangat sedikit orangtua yang setiap hari bisa menemani anaknya melakukan kegiatan-kegiatan itu (jika orangtua bekerja). Tetapi, itu seharusnya menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang ingin sang balita lebih bahagia tanpa televisi. (Ester Manullang/ Tabloid Nova)
(sumber: http://health.kompas.com/read/2014/04/11/1239569/Tanpa.Televisi.Balita.Lebih.Bahagia)