[caption id="attachment_26" align="alignleft" width="150"]
kya smile[/caption]
Siang ini ada status yang dari seorang sahabat FB, Frans Nadaek - yang cukup menarik dan mendapatkan hingga mendapatkan respon hampir 80 komentar (sampai saya tulis pada jam 14.45) – status itu sebuah kutipan dari seorang Biarawan, begini bunyinya:
"Secara pribadi aku yakin bahwa hidup rohani mempunyai efek yang dalam pada penampilan fisik seseorang, terutama pada wajahnya. Tradisi Yunani bicara tentang biarawan hang matang secara spiritual sebagai 'kalogeroi': "orang tua yang tampan"." :) -
~ Enzo Bianchi, pemimpin biara Bose
Meski saya tidak pernah membaca atau mendengar kutipan tersebut, secara prinsip saya juga menyetujuinya. Jika kita pernah membaca atau mengaji kitab-kitab (referensi) dalam agama islam yang berkaitan dengan penyucian jiwa (
tazkiyatun nafs) kita pasti mendengar sesuatu yang mirip hal tersebut.
Secara umum disebutkan bahwa dosa-dosa yang dilakukan manusia tidak hanya berpengaruh terhadap kehidupan spiritual dirinya saja, tetapi juga berpengaruh terhadap kehidupan fisik dan bahkan lingkungan sekitarnya.
Mari kita simak sebuah kutipan berikut ini,
Berkata Abdullah bin Abbas,
"Sesungguhnya pada kebaikan itu ada cahaya pada wajah, sinar pada hati, kelapangan pada rezeki dan kekuatan pada badan serta kecintaan di hati ramai orang terhadap dirinya. Adapun pada perbuatan buruk terdapat warna hitam pada wajah, kegelapan dalam hati, kelemahan badan, kekurangan rezeki dan rasa benci kepadanya di hati ramai orang."Selain kutipan di atasa pada kolom komentar di status Mas Frans, saya memberikan tanggapan seperti ini,
bisa jadi yang dimaksud tampan adalah wajahnya "bercahaya" atau bahasa sekarang auranya menyenangkan... karena orang yang spiritualnya bagus bisa jadi kontrol emosionalnya juga bagus sehingga mempengaruhi wajah” Komentar-komentar yang senanda dengan saya pun juga muncul di bawah status tersebut. Dan membacanya menjadikan saya ingat buku-buku yang pernah saya baca yang kurung lebih menyebutkan kurang lebig,
“jika para sahabat Rasulullah SAW sedang sumpek dengan masalah yang mereka hadapi, maka ketika mereka bertemu dan melihat wajah Rasulullah SAW saja serasa segala persoalan sudah terselesaikan semuanya” Pancaran wajah yang memberikan ketenteraman bagi orang yang melihatnya ini tidak hanya dimiliki oleh Rasululullah SAW, tetapi juga oleh orang-orang sholih yang mereka senantiasa beribadah dan menjadi kekasih Allah SWT.
Ya, saya juga pernah mengalami – ketika menemui seorang ulama – yang mungkin secara wajah lahirian tidak terlalu tampan, tetapi begitu memandang wajah beliau hati terasa teduh, apalagi mendengar nasihat-nasihatnya semakin menguatkan dan mendorong kita untuk berbuat kebaikan.
Di jaman moderen ini saya menemui bahawa semakin banyak kajian yang meneliti hubungan antara “kesehatan” spiritualitas dengan kesehatan jasmani/fisik. Coba tengok di situs
http://www.depkes.go.id ada berita yang cukup menarik untuk saya kutipkan:
“Penelitian ilmiah baru-baru ini menunjukkan bahwa spiritualitas dan pengalaman religius bukan hanya sekedar masalah agama, namun memiliki dasar biologis yang ilmiah. Pengamatan ilmiah menunjukkan, perilaku spiritual seperti meditasi dan doa, bermanfaat dalam meningkatkan kesehatan melalui perubahan biologis dan kerja otak.” (http://bit.ly/Pr1Kcv) Di luar negeri kajian seperti ini bahkan sudah melahirkan beberapa institut sebut saja
The George Washingtong Institute for Spirituality and Health (http://www.gwish.org ) juga The Happiness Institut (http://www.thehappinessinstitute.com/ )
Nah, dari semua uraian itu apakah menandakan bahwa manusia sudah “mulai kembali“ memperhatikan “pentingnya” Tuhan dan agama serta hal-hal yang terkait dengannya, setelah sekian lama berkubang dalam hal-hal yang bersifat materialis (kebendaan) semata?
Bagaiamana pendapat anda?